Tidak terasa, 7 tahun berlalu saat (awal) bencana besar terjadi di negeri ini, Indonesia. Jutaan orang meninggal dunia saat bencana tsunami melanda Serambi Aceh pada hari ini. Bencana yang tidak pernah disangka oleh siapa pun di negeri ini (yang sebelumnya sudah diprediksi oleh ilmuan-ilmuan luar negeri) akan terjadi.

Mengenang kejadian ini, seperti melihat dan merasakan kembali kesedihan saudara-saudara kita di sana, kesedihan akibat kehilangan harta benda, pekerjaan, dan lebih parahnya lagi adalah kehilangan anggota keluarga yang teramat mereka cintai. Bagaimana jika hal ini terjadi pada diri kita ?

Berita tadi malam di Metro TV menunjukkan ada satu keluarga korban tsunami aceh yang baraknya akan digusur karena tempat barak itu akan dijadikan terminal. Padahal kehidupan mereka sebagai pemulung belum tentu semapan sebelum mereka terkena bencana. Rasanya miris juga melihat kenyataan masih ada korban tsunami yang sampai saat ini belum mendapatkan penggantian rumah. Padahal jutaan dollar bantuan dari luar negeri masuk ke sana. Di sana pun mungkin masih ada keluarga lain yang bernasib sama.

Saya teringat kisah teman saya yang sempat menjadi relawan ke Aceh. Beliau berkata bahwa saat itu korban bencana ada dimana-mana, mayat bergelimpangan, dan sedihnya lagi saat melihat korban yang masih hidup. Tatapan mereka nanar seperti tanpa jiwa, tanpa semangat. Mereka masih terlena pada bencana yang baru saja terjadi. Bahkan ia berkata bahwa teramat menyedihkan saat mereka harus memilih mengurus mayat ataukan korban yang masih hidup.

Ya Allah…. Engkau Yang Maha Segalanya…. Engkau Yang Maha Pemurah dan Penyayang…

Lapangkan Rahmat Mu kepada saudara-saudara kami di Aceh, Sayangi mereka dan lapangkan kehidupan yang layak untuk mereka. Isi hati mereka dengan semangat baru. Dan lapangkan hati mereka dekat dan cinta kepadaMu. Lapangkan Rahmat Mu kepada mereka yang pula sudah mendahului kami.

Mengenai tsunami Aceh 2004…. Mari kita sejenak menundukkan kepala, mendoakan saudara-saudara kita korban tsunami di Aceh